CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 09 Desember 2009

Tutorial Benjolan di Leher

Ni dia nih hasil tutorial kami mahasiswa PSIK FK Unhas... tentang gangguan pada sistem endokrin khususnya pada kelenjar tiroid

Skenario
Nn. L 45 tahun, mengalami sesak nafas, dipsneu, sulit menelan, leher bertambah besar, suara parau. Nona L sering mengeluh cepat lelah, dan nafsu makan menurun, cepat marah. Pada saat perawat melaksanakan pemeriksaan fisik, terdapat atropi otot, BB turun, tremor halus pada tangan, mata melotot, kedipan berkurang.

Kata Kunci
• Sesak nafas
• Dipsneu
• Sulit menelan
• Leher bertambah besar
• Suara parau
• Cepat lelah
• Nafsu makan menurun
• Cepat marah
• Atropi otot
• Bb turun
• Tremor halus pada tangan
• Mata melotot
• Kedipan berkurang.





Problem Tree

















Pertanyaan Penting
1. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Histofisiologi yang berhubungan dengan benjolan dileher?
2. Jelaskan fisiologi yang berhubungan dengan benjolan dileher?
3. Jelaskan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan gejala benjolan dileher?
a. Hipertiroidisme
1) Penyakit Grave’s
2) Penyakit goiter
3) Tiroiditis
4) Kanker tiroid
b. Hipotiroidisme
Jawaban Penting:

ANATOMI, HISTOLOGY DAN HISTOFISIOLOGI KELENJAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER

Adapun kelenjar yang berhubungan dengan adanya benjolan di leher adalah kelenjar tiroid dan kelenjar hipofisis. Berikut anantomi, histology, serta histofisiologi masing masing kelenjar adalah sebagai berikut:
A. Kelenjar Hipofisis
1. Anatomi
Kelenjar hipofisis ini berbentuk Ovoid/kacang dengan ukuran 12 x 8 mm dan berat 500 mg yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial. Dikelilingi pembuluh darah CIRCULUS WILLISI, Dibelakang bawah CHIASMA OPTICUM. Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan bermacam- macam hormonyang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland( kelenjar induk / kelenjar ibu).


Kelenjar hipofisis dibagi menjadi:
a. HipofisisAnterior(Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:
1) Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi pembentuka protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
2) Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.
3) Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
4) Prolaktin
Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
5) Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
b. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Ada 2 jenis hormon:
1) Hormon Antideuretik (disebit juga vasopressin
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
2) Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan

c. Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular, yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system portal hipotalamus – hipofisis. System portal merupakan saluran vascular yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari hypothalamus ke kelenjar hipofisis. sehingga memungkinkan hypothalamus mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam nucleus hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi protein degan berat molekul yang rendah. Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat. Hormon –hormon ini dilepaska kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon- hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon – hormon kelenjar sasaran. A Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormone.
2. Histology
Embriologi adenohypofise & neurohypofise berbeda. Adenohypofise berkembang dari kantong rathke yaitu divertikulum ektodermal yang menonjol dari atap stomadeum (atap bakal rongga mulut). Sedangkan neurohypofise berkembang dari divertikel neuroektoderal menonjol dari diensefalon membentuk infundibulum, kedua divertikel ini dengan cepat berhubungan satu dengan lainnya dan hubungan kantong rathke dengan atap bakal rongga mulut hilang.Sebaliknya infundibulum tetap berhubungan dengan diencefalon dimana bagian atasnya membentuk tangkai neural dan bagian bawahnya inferior membentuk pars nervos mengandung sel-sel neuroepitethel yang akan mengalami proliferasi dengan hebat danberdffrensiasi menjadi sel pituisit. Dari diencefalon serat saraf berkembang dan berjalan turun ke bawah ke dalam tangkai neural dan masuk ke pars nervosa.
Bagian kantong rathke yg berhubungan dengan pars nervosa hy berkembang sedikit menjadi pars intermedia. Sedangkan dinding depan (anteroir) akan berkembang dengan cepat dan membentuk pars distalis,pars intermedia.Pada manusia pada perkembangannya banyak sel-sel akan bermigrasi ke pars distalis dan sebagian ke pars nervosa sehingga pada orang dewasa pars itermedia menyusut & hanya 2% dari hipofise.
Pars tuberalis berasal dari pertumbuhan jaringan dari pars distalis & mengelilingi tangkai neural pada sisi anteroir dan lateral. Sisa kantong dapat dilihat pada anak-anak berupa vesikel berisi koloid yg terdapat pada perbatasan antara adenohupofise dan neurohypofise.
3. Histofisiologi
a. Sel “neuroscretory’ pada Hipotalamus mensekresi “releasing dan inhibitory” hormon yang menstimuli atau menginhibisi aktifitas Hipofise anterior.
b. Sesuai dengan rangsangan dari releasing atau inhibitory hormon maka Hipofise akan mensekresi : GH, Prolactin, LH, FSH, TSH dan ACTH atau penghambat hormon tersebut diatas.
c. Nukleus supraoptik memproduksi ADH (Anti Diuretic Hormon ) dan selanjutnta disimpan dalam hipofise posterior.
d. Nukleus paraventrikuler memproduksi Oxitocin (vasopresin) dan selanjutnya disimpan dalam hipofise posterior

B. Kelenjar Tyroid
1. Anatomi
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia prevertebralis. Didalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid. Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid atau tidak.

Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a. Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl. Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran keganasan
2. Histology
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Secara mikroskopis terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar dengan diameter antara 50-500 µm. Dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah membran basalis. Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry. Setiap folikel berisi cairan pekat, koloid sebagian besar terdiri atas protein, khususnya protein tyroglobulin (BM 650.000).
3. Histofisiologi
a. Sekresi T4 (tiroxin,tetraiodotironin), T3 (triiodotironin) dan Calcitonin.
b. Terdiri atas lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus.
c. Pada beberapa orang ditemukan lobus piramidal (lobus tambahan), merupakan sisa dari Tiroid primordial yang tumbuh dari dasar lidah melalui jalan duktus Tiroglossus.






FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER


Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.T4 mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya,dan T3 hanya mengandung tiga atom saja.Kedua hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiroid;pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan.Kurang lebih 75% hormon tiroid berada dalam keadaan terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG;thyroid-binding globulin).Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid.
Iodium merupakan unsur esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid.Pada kenyataannya,iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar tiroid,dan gangguan utama akibat defisiensi iodium adalah perubahan fungsi tiroid.Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap ke dalam darah di dalam traktus gastrointestinal.Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil iodium dari darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel kelenjar tersebut.Di sana ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan bereaksi dengan tirosin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (thyroid stimulating hormone,TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.TSH akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon tiroid..Selanjutnya,pelepasan TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah.Jika konsentrasi hormon tiroid dalam darah menurun,pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan keluaran T3 dan T4.Keadaan ini merupakan satu contoh pengendalian umpan-balik (feedback control).Hormon pelepas-tirotropin (TRH;thyrotropin-releasing hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH dari hipofisis.Faktor-faktor lingkungan seperti penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH dan dengan demikian menaikkan sekresi hormon tiroid.
Fungsi utama hormon tiroid (T4 dan T3) adalah mengendalikan aktifitas metabolik seluler.Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme.Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berpengaruh dalam konsumsi oksgen,dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain.Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak.Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal.Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler,hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.
Kelenjar tiroid juga menghasilkan kalsitonin atau tirokalsitonin.Sekresi kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH.Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi,dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang.
Efek hormon tiroid pada pertumbuhan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin. Bila janin tidak dapat mensekresi hormon tiroid dalam waktu yang cukup maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak tetap berukuran kecil dari normal. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme sebagian besar sel tubuh. Bila produksi hormon tiroid sangat meningkat maka hampir selalu menurunkan berat adan. Dan bila produksinya menurun hampir selalu meningkatkan nafsu makan. Keadaan ini dapat melebihi keseimbangan perubahan kecepatan metabolism
Efek pada sistem kardiovaskuler hormon tiroid akan meningkatkan aliran darah dan curah jantung, frekuensi denyut jantung, kekuatan denyut jantung, volume darah, dan tekanan arteri. Efek pada respiratori. Meningkatnya kecepatan metablisme akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbon dioksida. Ini akan mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Efek pada saluran cerna, meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, karena hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan gerakan saluran cerna. Sering terjadi diare, kekurangan hormon tiroid dapat menimbulkan konstipasi.
Efek pada sistem syaraf pusat. Hormon tiroid meningkatkan kecepatan berfikir, tapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya berkurang hormon tiroid akan menurunkan fungsi ini.
Efek terhadap fungsi otot. Peningkatan hormon tiroid dapat menyebabkan otot bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon ini berlebihan, maka otot-otot malahan menjadi lemah oleh karena berlebihnya katabolisme protein. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot sangat lambat, tremor pada otot.
Efek pada tidur. Karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan sistem syaraf pusat, maka penderita hipertiroid seringkali merasa capai terus menerus tetapi karena efek ekstasi dari hormon tiroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. Sebaliknya, somuolen yang berat merupakan gejala khas dari hipertiroidisme, disertai dengan waktu tidur yang berlangsung selama 12 jam sampai 14 jam sehari.
Efek hormon tiroid pada fungsi seksual. Pada pria, berkurangnya hormon tiroid menyebabkan hilangnya libido dan sebaliknya sangat berlebihannya hormon ini seringkali menyebabkan impotensi. Pada wanita, kekurangan hormon tiroid seringkali menyebabkan timbulnya menoragia dan polimenore.







JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER

Hipertiroidisme
a) GRAVE’S DISEASE
1. Pengertian
a. Graves penyakit adalah bentuk paling umum hipertiroidisme, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang kelenjar tiroid Anda dan menyebabkannya kelebihan produksi hormon tiroksinTingkat tiroksin yang lebih tinggi ini dapat sangat meningkatkan tingkat metabolisme tubuh, yang mungkin mempengaruhi Anda dalam berbagai cara, dari suasana hati Anda penampilan fisik Anda.
b. Graves adalah suatu jenis penyakit autoimun yang menyebabkan aktivitas berlebihan dari kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme
c. Grave's disease adalah hasil dari kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).
d. Penyakit Graves adalah autoimmune penyakit. Hal yang paling sering mempengaruhi tiroid, sering menyebabkan itu untuk memperbesar ukuran dua kali atau lebih (gondok), menjadi terlalu aktif, dengan berhubungan dengan gejala hipertiroid seperti peningkatan denyut jantung, kelemahan otot, susah tidur, dan mudah marah
2. Jenis-jenis penyakit Graves
a. Penyakit graves klasik, struma yang disertai hipertiroidisme dan optalmopati
b. Optalmopatia, jika ada kelainan pada mata oleh penderita graves tanpa ada riwayat hipertiroidisme
c. Penyakit graves neonatal, jarang terjadi, terdapat pada bayi yang dilahirkan oleh ib yang menderita penyakit graves

3. Faktor resiko
a. Sebuah riwayat keluarga penyakit
b. Sex - Perempuan tujuh kali lebih mungkin mengembangkan penyakit Graves daripada pria
c. Umur - Graves 'disease biasanya berkembang setelah umur 20.
d. Stres
e. Kehamilan
f. Merokok
4. Gambaran klinis
Gejala dan tanda peningkatan metabolisme di segala sistem tubuh, mungkin terlihat jelas. Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan kalori, karena itu masukkan kalori umumnya tidak mencukupi kebutuhan sehingga berat badan menurun. Peningkatan metabolisme pada sistem kardiovaskuler terlihat dalam bentuk peningkatan sirkulasi darah dengan penambahan curah jantung sampai 2-3 kali normal, juga dalam istirahat. Irama nadi naik dan tekanan denyut bertambah sehingga menjadi pulses seler dan penderita mengalami takikardi dan palpitasi. Beban miokard, dan rangsangan persarafannya dapat meningkatkan kekacauan irama jantung berupa fibrilasi atrium
Pada saluran cerna sekresi maupun peristalsis meningkat sehingga sering timbul diare. Hipermetabolisme susunan saraf biasanya menyebabkan tremor, penderita bangun di waktu malam dan sering terganggu mimpi yang tidak karuan. Selain itu, penderita mengalami ketidakstabilan emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran dan ketakutan yang tidak beralasan yang sangat mengganggu. Pada saluran nafas hipermetabolisme berupa dispnea dan takipnea yang tidak terlalu mengganggu. Kelemahan otot biasanya cukup mengganggu, demikian juga menoragia. Kelainan mata disebabkan oleh reaksi autoimun pada jaringan ikat di dalam rongga mata. Jaringan ikat dengan jaringan lemaknya menjadi hiperplasik sehingga bola mata terdorong keluar dan otot mata terjepit. Akibat terjadi eksoftalmus yang dapat menyebabkan rusaknya bola mata akibat keratitis. Gangguan faal otot mata yang menyebabkan strabismus. Ata dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Kecemasan
b. Iritabilitas
c. Sulit tidur
d. Kelelahan
e. Sebuah denyut jantung cepat atau tidak teratur
f. Getar yang baik tangan atau jari
g. Peningkatan keringat
h. Sensitivitas terhadap panas
i. Berat badan, walaupun asupan makanan normal
j. Rambut rapuh
k. Pembesaran kelenjar tiroid (gondok)
l. Perubahan siklus haid
m. Sering buang air besar
n. Kesulitan hamil
o. Kelemahan otot

Graves 'ophthalmopathy ringan ini dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala:
a. Kelebihan robek dan sensasi grit atau pasir di salah satu atau kedua mata
b. Mata memerah atau meradang
c. Pelebaran ruang antara kelopak mata Anda
d. Pembengkakan pada kelopak dan jaringan di sekitar mata
e. Kepekaan cahaya
Kurang sering, Graves 'ophthalmopathy dapat menghasilkan serius ini tanda-tanda dan gejala:
a. Borok pada kornea
b. Penglihatan ganda
c. Gerakan mata terbatas
d. Kabur atau dikurangi visi
Graves 'dermopathy Sebuah tanda jarang penyakit Graves adalah kemerahan dan pembengkakan kulit, sering pada tulang kering dan di bagian atas kaki Anda, yang disebut Graves 'dermopathy.

5. Etiologi
a. Pada penderita graves terdapat sel limfosit T yang berlebihan dan sensitive terhadap preparat tiroid (antigen)
b. Sel limfosit pada penderita penyait graves mampu memproduksi LATS-IgG non spesifik, sehingga diduga terdapat interaksi antara limfosit T dan B dalam memproduksi IgG
Selain itu, dari sumber lain dijelaskan sebagai berikut :
Pemicu untuk auto-produksi antibodi tidak diketahui. Tampaknya ada sebuah genetik predisposisi untuk penyakit Graves, menunjukkan bahwa beberapa orang lebih rentan daripada orang lain untuk mengembangkan mengaktifkan antibodi reseptor TSH karena penyebab genetik. HLA DR (terutama DR3) tampaknya memainkan peran penting.
Sejak penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang muncul tiba-tiba, kerap terlambat dalam hidup, adalah berpikir bahwa suatu virus atau bakteri infeksi dapat memicu silang antibodi yang bereaksi dengan reseptor TSH manusia (fenomena yang dikenal sebagai antigen mimikri, juga terlihat di beberapa kasus diabetes tipe I).
Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah bakteri Yersinia enterocolitica (sepupu Yersinia pestis, agen pes). Namun, meskipun ada bukti tidak langsung struktural kesamaan antara bakteri dan reseptor Thyrotropin manusia, adalah bukti-bukti penyebab langsung terbatas. Yersinia tampaknya tidak menjadi penyebab utama penyakit ini, tetapi dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan tiroid autoimun yang timbul karena alasan lain dalam rentan secara genetik individu. Hal ini juga telah diusulkan bahwa Y. enterocolitica infeksi bukan penyebab tiroid auto-imun penyakit, melainkan hanya merupakan dikaitkan kondisi; dengan keduanya memiliki kerentanan Warisan bersama. Lebih baru-baru ini peran Y. enterocolitica has been disputed. Enterocolitica telah diperdebatkan.

6. Patofisiologi

Antigen IgG reseptor TSH

Merangsang fungsi tiroid tanpa tergantung pada TSH hipofisis

Penyakit graves

Hipertiroid


Mitokondria bengkak secara tidak teratur
peningkatan hipermetabolisme & nafsu makan pening rangsang simpatis


proses posporilasi oksidasi peristaltik sal. cerna meningkat
energy yang dilepas tidak tersimpan mual, muntah, diare
efisien dalam ikatan energy : ATP
BB turun
meningkatkan konsumsi O2
meningkatkan panas diaphoresis perubahan nutrisi

kalorigenesis perubahan kenyamanan

katabolisme protein otot skelet

otot lemah

kelelahan

intoleran aktivitas


Hipertiroid

Hipermetabolisme hyperplasia otot ekstraokuler
& peningk. Rsg simpatis
Gang. Faal otot ekstraokular
Peningkatan sirkulasi darah
eksoftalmus
meningkatkan aliran darah menarik saraf optic kelopak mata tidak beban jtg meningkat dapat menutup sempurna
ggn. Penglihatan
palpitasi, bradikardia kerusakan itegritas jar. Diplopia kornea
penurunan CO
permukaan epitel mata kering
Pening. Stimulasi SSP
Mudah iritasi/infeksi
Tremor eksitasi pada sinaps mening. Kec. Berpikir

Resiko cedera pening. RAS disosiasi berlebihan

Klien siaga kecemasan yg berlebihan

Gangguan tidur

Penyakit Graves adalah autoimmune disorder, di mana tubuh menghasilkan antibodi terhadap reseptor untuk thyroid-stimulating hormone (TSH). (Antibodi untuk thyroglobulin dan ke hormon tiroid T3 dan T4 juga mungkin dihasilkan.). Antibodi ini menyebabkan hipertiroidisme karena mereka mengikat reseptor TSH dan kronis merangsang itu. TSH reseptor yang dinyatakan pada sel-sel folikel kelenjar tiroid (sel-sel yang menghasilkan hormon tiroid), dan hasil dari rangsangan kronis adalah abnormal produksi yang tinggi dari T3 dan T4. Hal ini pada gilirannya menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme, dan pembesaran kelenjar tiroid terlihat sebagai gondok. Para infiltrative exophthalmos yang sering dijumpai telah dijelaskan oleh mendalilkan bahwa kelenjar tiroid dan otot extraocular berbagi antigen umum yang diakui oleh antibodi. Antibodi mengikat ke otot extraocular akan menyebabkan pembengkakan di belakang bola mata. Yang "kulit jeruk" kulit telah dijelaskan oleh antibodi infiltrasi di bawah kulit, menyebabkan reaksi peradangan dan plak fibrosa berikutnya. Ada 3 jenis autoantibodies ke reseptor TSH saat ini diakui:
a. TSI, tiroid merangsang immunoglobulin : ini antibodi (terutama IgG) bertindak sebagai LATS (Long Acting Thyroid Stimulan), mengaktifkan sel-sel dalam cara yang lebih lama dan lebih lambat daripada TSH, yang mengarah kepada peningkatan produksi hormon tiroid.
b. TGI , Thyroid growth immunoglobulins: antibodi ini mengikat secara langsung ke reseptor TSH dan telah terlibat dalam pertumbuhan folikel tiroid.
c. TBII , Thyrotrophin Binding-Inhibiting Immunoglobulins: antibodi ini menghambat penyatuan normal TSH dengan reseptornya. Beberapa akan benar-benar bertindak seolah-olah mengikat TSH itu sendiri ke reseptornya, sehingga merangsang fungsi tiroid. Jenis lain dapat tidak merangsang kelenjar tiroid, tetapi akan mencegah TSI dan TSH dari mengikat dan merangsang reseptor.
Efek lain hipertiroidisme adalah hilangnya tulang dari osteoporisis, disebabkan oleh peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor dalam air seni dan tinja. Efek dapat diminimalkan jika hipertiroidisme diobati dini. Tirotoksikosis dapat juga meningkatkan tingkat kalsium dalam darah sebanyak 25%. Hal ini dapat menyebabkan sakit perut, buang air kecil yang berlebihan, dan gangguan fungsi ginjal.

7. Komplikasi
a) Masalah jantung. Beberapa komplikasi yang paling serius dari hipertiroidisme melibatkan hati. Hal ini termasuk cepat denyut jantung, gangguan irama jantung yang disebut atrial fibrilasi dan gagal jantung kongestif - suatu kondisi dimana jantung Anda tidak dapat bersirkulasi cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda. Komplikasi ini umumnya reversibel dengan pengobatan yang tepat.
b) Rapuh tulang. Hipertiroidisme yang tidak diobati juga bisa menyebabkan lemah, rapuh tulang (osteoporosis). Kekuatan tulang Anda tergantung, sebagian, pada jumlah kalsium dan mineral lainnya yang dikandungnya. Terlalu banyak hormon tiroid mengganggu kemampuan tubuh Anda untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang Anda.
c) Thyrotoxic krisis. Hipertiroidisme juga menempatkan Anda pada risiko krisis thyrotoxic - intensifikasi tiba-tiba dari tanda-tanda dan gejala, yang menyebabkan demam, denyut nadi cepat dan bahkan delirium. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi jika hal itu terjadi, segera mencari perawatan medis.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Graves termasuk antitiroid obat-obatan yang mengurangi produksi hormon tiroid, radioiodine (radioaktif iodin saya-131), dan tiroidektomi (bedah eksisi kelenjar). Sebagai beroperasi pada pasien hipertiroid sejujurnya berbahaya, sebelum sebelum operasi tiroidektomi antitiroid perawatan dengan obat-obatan diberikan untuk membuat pasien "euthyroid" (yaitu normothyroid).
Bahkan kemudian, setelah penghentian obat-obatan, negara yang hipertiroid dapat kambuh. Efek samping dari obat antitiroid termasuk pengurangan fatal di tingkat sel darah putih. Terapi dengan radioiodine adalah pengobatan yang paling umum di Amerika Serikat, sementara antitiroid obat-obatan dan / atau tiroidektomi lebih sering digunakan di Eropa, Jepang, dan sebagian besar dunia.
a. Obat antitiroid
Thionamides, terdiri atas :
• Propythiouracil (PTU) : tablet 100 mg
• Methimazole : tablet 5, 10 mg
• Carbimazole
• Methylthiouracil
Efek samping
• Agranulositosis
• Papular rash, arthralgia
Indikasi
 Pengobatan hipertiroidisme
d) terapi definitif Grave’s disease
e) thyroid storm
f) supresi sebelum pembedahan
 Supresi TSH pada non toxic goiter
b. Radioaktif iodine
Indikasi :
• Hipertiroidisme : pada pasien tua
• Grave’s disease : peristen, relaps, gagal terapi setelah tirroidektomi
• Toxic medular goiter
• Karsinoma tiroid metastatik
• Diagnostik nodul tiroid (panas, hangat, dingin)
Kontraindikasi :
• Kehamilan
• Pasien usia muda
• ophthalmopathy (relative; itu dapat memperburuk penyakit mata tiroid)
• sendirian nodul.
Sediaan :
• NaI131 kapsul untuk oral
• Solution untuk IV
Efek samping :
• Resiko perubahan neoplastik
• Hipotiroidisme
Dosis : 0,03 mcg I131 dosis tunggal
Kerugian dari perawatan ini adalah insiden tinggi hipotiroidisme (hingga 80%) hormon tiroid akhirnya membutuhkan suplemen dalam bentuk pil setiap hari (s). Yodium radio-tindakan pengobatan perlahan-lahan (selama bulan sampai tahun) untuk menghancurkan kelenjar tiroid, dan penyakit Graves hipertiroidisme terkait tidak disembuhkan dalam semua orang oleh radioiodine, tetapi mempunyai tingkat kambuh yang bergantung pada dosis yang dikelola radioiodine.
c. Pembedahan
Semua kelenjar tiroid akan dihapus. Dalam kebanyakan kasus, orang-orang yang telah menjalani operasi untuk Graves 'Penyakit akan mengembangkan tiroid kurang aktif (hipotiroidisme, kebalikan dari hipertiroidisme), dan harus mengambil penggantian hormon tiroid seumur hidup mereka.
Keuntungan adalah: segera menyembuhkan dan menghilangkan potensi karsinoma. Risiko cedera dari laringeus rekuren saraf, Hipoparatiroidisme (akibat pengangkatan kelenjar paratiroid), hematoma (yang dapat mengancam hidup jika menekan trakea) dan jaringan parut. Pengangkatan biopsi kelenjar lengkap memungkinkan untuk dilakukan untuk memiliki bukti yang pasti kanker di mana pun di tiroid (Jarum biopsi tidak begitu akurat memprediksi keadaan jinak tiroid). Tidak ada perawatan lebih lanjut tiroid diperlukan, kecuali kanker terdeteksi. Radioiodine perawatan dapat dilakukan setelah pembedahan, untuk memastikan bahwa semua sisa (berpotensi kanker) sel tiroid (yaitu, dekat saraf ke pita suara) dihancurkan. Selain itu, satu-satunya yang tersisa akan Synthroid perawatan, atau penggantian tiroid pil yang akan diambil untuk sisa hidup pasien.
Kerugian adalah sebagai berikut. Seorang bekas luka dibuat di leher tepat di atas garis tulang leher. Namun, bekas luka sangat tipis, dan akhirnya bisa surut dan muncul sebagai tidak lebih dari satu lipatan di neck.Patient dapat menghabiskan malam di rumah sakit setelah operasi, dan menanggung efek dari total anestesi (yaitu, muntah), serta seperti sakit tenggorokan, suara serak, batuk dari memiliki tabung pernapasan menempel di tenggorokan selama operasi.
d. Perlakuan terhadap penyakit mata
Kasus ringan diobati dengan tetes mata pelumas atau non steroid antiinflammatory tetes. Kasus yang parah mengancam visi (kornea paparan atau Optic Nerve kompresi) yang diobati dengan steroid atau dekompresi orbital. Dalam semua kasus penghentian merokok sangat penting. Penglihatan ganda dapat diatasi dengan kacamata prisma dan pembedahan (yang terakhir hanya ketika proses telah stabil untuk sementara waktu). Kesulitan menutup mata dapat diobati dengan gel pelumas pada malam hari, atau dengan selotip di mata untuk mengaktifkan penuh, dalam tidur. Dekompresi orbital dapat dilakukan untuk memungkinkan mata melotot untuk mundur kembali ke dalam kepala. Dihapus dari tulang tengkorak di belakang mata, dan ruang dibuat untuk otot dan jaringan lemak untuk jatuh kembali ke dalam tengkorak.
Operasi kelopak mata dapat dilakukan pada bagian atas dan / atau menurunkan kelopak mata untuk membalikkan efek Graves pada kelopak mata. Otot-otot kelopak mata dapat menjadi erat dengan Graves, sehingga tidak mungkin untuk menutup mata sepanjang jalan. Operasi kelopak mata melibatkan sayatan sepanjang lipatan alami kelopak mata, dan menggoreskan menjauh dari otot yang memegang kelopak mata terbuka. Hal ini membuat otot lemah, yang memungkinkan untuk memperluas kelopak mata atas bola mata secara lebih efektif. Pembedahan kelopak mata membantu mengurangi atau menghilangkan gejala mata kering
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Data dasar pada pengkajian pasien dengan morbus basedow adalah:
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala: insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
b) Tanda: Atrofi otot.
2) Sirkulasi
a) Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).
b) Tanda: disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
Gejala: urine dalam jumalh banyak, perubahan dalam feses (diare).
4) Integritas ego
a) Gejala: Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
b) Tanda: Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/cairan
a) Gejala: Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
b) Tanda: Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
6) Neurosensori
Tanda: Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
8) Pernafasan
Tanda: frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9) Keamanan
a) Gejala: tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
b) Tanda: suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen foto dengan kontras.
12) Pemeriksaan diagnostik
a) Tes ambilan RAI: meningkat.
b) T4 dan T3 serum: meningkat
c) T4 dan T3 bebas serum: meningkat
d) TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
e) Tiroglobulin: meningkat
f) Stimulasi TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
g) Ambilan tiroid131: meningkat
h) Ikatan proein iodium: meningkat
i) Gula darah: meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).Kortisol plasma: turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
j) Fosfat alkali dan kalsium serum: meningkat.
k) Pemeriksaan fungsi hepar: abnormal
l) Elektrolit: hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
m) Katekolamin serum: menurun.
n) Kreatinin urine: meningkat
o) EKG: fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.


b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
c. Perencanaan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Tujuan asuhan keperawatan: mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
Rencana tindakan dan rasional:
Mandiri
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
• Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
b) Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
• Memberikan ukuran volume sirkuasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung.
c) Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
• Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
d) Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
• Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat terhadap adanya takikardia.
e) Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
• S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik, adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
f) Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
• Takikardia merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid, dsiritmia seringkali terjadi dan dapt membahayakan fungsi antung atau curah jantung.
g) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal.
• Tanda awal terjadinya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
h) Pantau suhu, berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
• Demam terjadi sebagai akibat kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
i) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
• Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
j) Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
• Kehilangan cairan yang banyak (melalui muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
k) Timbang berat badan setiap hari, sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
• Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.
l) Catat adanya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
• Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi).
m) Observasi efek samping dari antagois adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda – tanda adanya kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
• Satu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
Kolaborasi
a) Berikan cairan iv sesuai indikasi.
• Pemberian cairan melalui iv dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
b) Berikan O2 sesuai indikasi
• Mungkin juga diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan terhadap oksigen tersebut.
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Tujuan asuhan keperawatan: Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisi.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Auskultasi bising usus.
• Bising usus hiperaktif menerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b) Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
• Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan (tanda asidosis metabolik).
c) Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan.
• Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
d) Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
• Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
e) Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu dll).
• Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.

Kolaborasi:
a) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
• Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
b) Berikan obat sesuai indikasi:
• Glukosa, vitamin B kompleks.
Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
• Insulin (dengan dosis kecil)
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
3) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan asuhan keperawatan: Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata.
• Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
b) Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).
• Oftalmopati infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
c) Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
• Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
d) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
• Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.
e) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
• Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
f) Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan gambaran diri.
• Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata.
Kolaborasi:
a) Berikan obat sesuai dengan indikasi:
(1) Obat tetes mata metilselulosa.
• Sebagai lubrikasi mata.
(2) ACTH, prednison.
• Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat.
(3) Obat antitiroid
• Dapat menurunkan tanda/gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk.
(4) Diuretik
• Dapat menurunkan edema pada keadaan ringan.




b) GOITER
1. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid (hipotirotdisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetroidisme).
2. Klasifikasi Goiter
a. Goiter congenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan kipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang laut.
c. Goiter sporadic
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditisxx fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, di mulai pada awal kehidupan dan kemungkinan bersama dengan hiperrvoidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
1) Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanyakeras dan membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.
2) Goiter sederhana (Goiter kollotd)
Yang tidak diketahui asal-muasalnya. Pada pasien bistokgis tirord tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel, koloid dan efitel pipih.
3) Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau bsnyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
d. Goiter intra trakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mokusa trakhes dan sering berlanjut dengan tiroid extratrakea yang terletak secara normal.
Klasifikasi Goiter menurut WHO :
a. Stadium O-A: tidak ada Goiter.
b. Stadium O-B: Goiter terdeteksi dari Palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher tereks tensi penuh.
c. Stadium I : Goiter Palpasi dan terlihat hanya jika leher terkstensi penuh
d. Stadium II : Goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
e. Stadium III: Goiter yang besar terlihat dari Darun.
3. Tanda dan Gejala
a. Kelainan fisik (asimetris leher )
b. Saat goiter tumbuh terjadi sesak napas, serak atau nyeri pada palpasi
c. Batuk, stridor
d. Dapat disertai hipotirirodisme
4. Etiologi
a. Defisiensi Yodium.
b. Peningkatan sekresi hormone tirotropik kelenjar pituitary dalam responnya terhadap penurunan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi
c. Proses infiltrative yang dapat berupa radang atau neoplastik
d. Tiroiditis rumfositik
e. Pemberian lithium karbonal dan gotor darum
f. Rangsangan goitrogenik ringan berlangsung lama
5. Patofisiologi dan penyimpangan KDM

Defisinesi Yodium Obat antitiroid anomaly
peradangan & tumor
Kapasitas kelenjar tiroid
Sekresi hormone tiroid terganggu Menekan sekresi hormone tiroid

Produksi T3, T4 & kalsitonin turun Sekresi TSH tidak adekuat karbon hormone tiroid dalam darah turun Mekanisme umpan balik negative
Produksi hormone
Tiroglobulin meningkat Pelepasan TSH oleh kel.hipofisi meningkat
Peningkatan aktivitas kel.tiroid untuk Peningkatan TSH sekresi hormon Kelainan kel.tiroid Hipertropi/hyperplasia folikel kel.tiroid Mempengaruhi organ sekitarnya
Bila ke arah luar
Terbentuknya benjolan yang akan bertambah besar


Perubahan bentuk leher (leher bertambah besar simetris/asimetris)
Perubahan status kesehatan Gangguan konsep diri Kecemasan

Kesalahan interpretasi
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Mempengaruhi organ sekitar
Bagian posterior medial dari kelenjar tiroid

Berlebihan/kompresi

Trachea Oesophagus Pita suara
Saluran nafas Sal.pencernaan bagian atas Suara jadi serak & parau

Obstuksi Kesulitan menelan disfagia Resti gangguan komnukiasi verbal
Jalan nafas Perubahan nutrisi kurang Perubahan status kesehatan
Tidak efektif dari kebutuhan
Kecemasan

6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit :
a) Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien
b) Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
2) Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita
3) Usia dan jenis kelamin
4) Kebiasaan makan : bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor goitrogenik.
5) Penggunaan obat-obatan :
a) Kaji jenis obat-obat yang sedang digunakan dalam 3 bulan terakhir
b) Sudah berapa lama digunakan
c) Tujuan pemberian obat
6) Keluhan klien :
a) Sesak napas apakah bertambah sesak bila beraktivitas
b) Sulit menelan
c) Leher bertambah besar
d) Suara parau
e) Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris
7) Pemeriksaan fisik
a) Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda konsistensi dan simetris tidaknya apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi
b) Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya
c) Nilai kualitas suara
d) Palpasi apakah terjadi deviasi trachea
8) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b) Pemeriksaan RAI
c) Tes TSH serum.
9) Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen nutrisi cairan dan elektrolid serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
a) Status pernapasan : Frekuensi pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal atau tidak berdaya
b) Berat badan dan tinggi badan
c) Kadar hemoglobin
d) Kelembaban kulit dan teksturnya
e) Porsi makan yang dihabiskan
f) Turgor
g) Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumsi
h) Kualitas suara
i) Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi klien dengan orang sekitarnya
j) Bagaiman klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dijumpai pada klien dengan goiter nontoksik antara lain :
1) Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea
Tujuan : Jalan nafas klien kembali efektif
Kriteria hasil :
a) Frek. Nafas : 16-20x/menit dan pola teratur
b) Akral hangat, kulit tidak pucat/sianosis
c) Keadaan klien tenang
Intervensi :
a) Batasi aktivitas yang melelahkan
b) Posisi semi fowler dengan kepala ekstensi jika diperlukan
c) Bantu aktivitas d itempat tidur
Kolaborasi : pemberian obat steroid dan tindakan operatif
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asuhan yang kurang akibat disfagia
Tujuan: Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu
Kriteria Hasil :
a) BB bertambah
b) Hb 12-14 mg% ( untuk pria )
c) Tekstur kulit baik
Intervensi :
a) Beri makanan yang lunak atau cair sesuai kondisi klien
b) Beri porsi makan sedikit tapi sering
c) Beri makanan tambahan diantara jam makan
d) Timbang BB dua kali sehari
e) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan
Kolaborasi : pemberian ruboransia jika diperlukan
3) Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher
Tujuan : Klien memiliki gambaran diri yang posistif
Kriteria hasil :
a) Klien menyenangi kembali tubuhnya
b) Klien dapat melakukan upaya untuk mengurangi dampak negative pembesaran pada leher
c) Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan sosial sehari-hari
Intervensi:
a) Bantu klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang bentuk leher yang berubah
b) Diskusikan upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup
c) Beri pujian jika klien dapat melakukan upaya positif untuk meningkatkan penampilan diri
d) Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat dilakukan – tindakan operasi

7. Terapi farmako & non farmako
a. Farmako
1) Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambat oksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin.
Resiko khusus : Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
2) Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa: ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)
3) Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui.
4) Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : goiter
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.

2. Non farmako
Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjara tyroid dan produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme hormone tyroid harus diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap ada.








c) THYROIDITIS
1. Defenisi
Tyroiditis merupakan inflamasi kelenjar tyroid, keadaan ini bisa bersifat akut, subakut, atau kronis masing-masing tipe ditandai oleh inflamasi fibrosis atau infiltrasi limfositik pada kelenjar tyroid.
a. Tyroiditis akut, tyroiditis akut merupakan kelainan langka yang disebabkan infeksi, bakteri, jamur, mikobakteri atau parasit pada kelenjar tyroid. Secara khas, penyakit ini menyebabkan rasa nyeri serta pembengkakan leher bagian anterior, panas, dispagia, dan disfonia. Faringitis atau gejala sakit leher sering ditemukan. Pemerikasaan dapat menunjukan rasa hangat, eritema(kemerahan), nyeri tekan pada kelenjar tyroid. Terapi tyroiditis akut mencakup pemberian preparat antibiotic dan penggatian cairan. Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tyroiditis subakut, dapat berupa tyroiditis glandulomatosa subakut atau tyroiditis tanpa nyeri. Tyroiditis ini sering terjadi setelah infeksi respiratorius. Kulit diatasnya sering tampak kemerahan dan terasa hangat. Terapi yang digunakan bertujuan untuk mengendalikan inflamasi. Secara umum, preparat anti inflamasi non streroid (NSAID) digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada leher. Penggunaan asam asetil salisilat (aspirin) perlu dihindari bila gejala hipertiroiditsme timbul karena aspirin akan mengusir hormone tyroid dari tempat pengikatannya hingga meningkatkan jumlah hormon dalam darah
c. Tyroiditis kronik (tyroiditis hasimoto)
Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun) adalah peradangan kelenjar tiroid yang sering menyebabkan hipotiroidisme dimana Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid. Penegakkan diagnosisnya dilakukan berdasarkan gambaran histologis kelenjar tyroid yang mengalami inflamasi.tujuan terapi yang digunakan adalah untuk mengurangi ukuran kelenjar tyroid dan mencegah hipotyroidisme. Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjara tyroid dan produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme hormone tyroid harus diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap ada.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pada tyroiditis subakut terjadi kelainan inflamasi pada kelenjar tyroid yang terutama menyerang wanita berusia 40 hingga 50 tahun (sakiama, 1993). Kelaianan ini ditemukan sebagai pembengkakan yang nyeri pada bagian leher anterior dan berlangsung selama satu atau dua bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa. Sedangkan pada tyroiditis kronis paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun. Predisposisi genetic tampaknya merupakan faktor yang bermakna dalam menyebabkan penyakit kronis ini. Jjika tidak diobati, tyroiditis kronis akan berjalan lambat, tetapi progres sehingga akhirnya akan terjadi hipityroidisme.
3. Gejala
Gejala yang ditimbulakan pada tyroiditis akut ialah menimbulkan rasa hangat, iritema (kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjara tyroid. Sedangkan pada tyroiditis subakut gejala yang timbul biasanya kesulitan menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman. Iritabilitas, kegeglisahan, insomnia, dan penurunan berat badan. Banyak juag ditemukan gejala demam dan menggigil. Pada tyroiditis kronis gejala yang dapat timbul adalah sering dimulai dengan pembesaran kelenjar tiroid yang tidakmenimbulkan nyeri atau rasa penuh di leher. Jika diraba, kelenjar terasa membesar, teksturnya seperti karet tetapi tidak lembut; kadang terasa berbenjol-benjol. 20% penderita memililki kelenjar tiroid yang kurang aktif, sisanya memiliki kelenjar yang berfungsi normal. Banyak penderita yang juga memiliki kelainan endokrin lainnya (seperti diabetes (kencing manis), kelenjar adrenal yang kurang aktif atau kelenjar paratiroid yang kurang aktif) dan penyakit autoimun lainnya (misalnya anemia pernisiosa, artritis rematoid, sindroma Sj?gren atau lupus eritematosus sistemik). EDIT
4. Etiologi
a. Pengobatan terhadap penyakit Graves
b. Rendahnya kadar hormone tiroid yang disebbakan oleh antibody yang menghambat pembentukan hormone tiroid
c. Infeksi virus
d. Autoimun
e. Otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tirod. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.
5. Patofisiology dan penyimpangan KDM
Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut dengan nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid. Kelenjar tiroid menjadi lunak dan biasanya timbul demam yang tidak terlalu tinggi (37,2-38,3?elsius). Nyeri bisa berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya, menyebar ke rahang dan telinga dan terasa lebih nyeri jika penderita menggerakkan kepalanya atau jika penderita menelan. Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid. Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid. Peradangan biasanya menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, sehingga terjadi hipertiroidisme, yang hampir selalu diikuti oleh hipotiroidisme sementara. Banyak penderita yang merasakan kelelahan yang luar biasa

Penyimpangan KDM
































6. Terapi
a. Farmakologi
1) Metimazol (tapazole).
Adapun mekanisme kerja:
menghambat transformasi yodium inorganik menjadi yodium organik. Tiroksin tak dapat dibentuk tanpa yodium organic. Juga menghambat perangkaian iodotirosin. Tidak ada efek klinis yang diamati selama beberapa hari.
Indikasi:
Agen antitiroid. Mengendalikan hipertiroid sampai pembedahan atau terapi I131 . terapi obat jangka panjang untuk menghindari pembedahan atau terap I131. Kira-kira separuh pasien akan tetap eutiroid jika abat dihentikan setelah penggunaan lama.
Efek samping:
hipotiroid sementara (obati dengan tiroksin), agranulositosis, ruam, tiroid hiperplastik. Tidak di berikan pada wanita yang mungkin hamil dalam wak 3 tahun. Menghancurkan tiroid janin. sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil

Bentuk sediaan:
Tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai :
untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Resiko khusus :
pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan.
Farmakokinetik:
PO. Diekskresi dalam urin. Sesuia dosis pada pasien dengan insufisiensi ginjal
Catatan:
yang perlu diperhatikan bahwa terapi memerlukan ketaatan pasien yang baik dan pementauan ketat oleh tenaga medis.
2) Propiltiourasil (PTU).
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi :
Hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping :
Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat:
Menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin.
3) Yodium/yodida
Mekanisme kerja:
Menghambat pelepasan tiroksin dari kelenjar tiroid. Efek lebih cepat (1-3 hari) tapi lebih lemah daripada metimazol atau PTU. Berguna untuk dua minggu, lalu kelenjar beradaptasi dan mulai kembali sekresi tiroksin.
Indikasi:
Terapi tambahan digunakan bersama obat-obat yang tertera diatas. Membuat pemulihan cepat pada pasien yang sakit berat. Digunakan untuk devaskularisasi kelenjar tiroid sebelum tiroidektomi.
Efek samping:
Menyebabkan folikulitis dan demam.
Farmakokinetik:
PO/IV. Pemeberian IV menyebabkan efek yang lebih cepat.
4) Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi :
Blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai :
30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping :
Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus :
Penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
5) Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.


Efek samping :
Alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
b. Non farmakologi
Terapi hormone tyroid diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjara tyroid dan produksi trioglobulin,. Jika terdapat gejala hipotyridisme hormone tyroid harus diresepkan. Tindakan beda diperlukan jika gejala penekan tetap ada.

7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas atau istirahat
a) Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat
b) Tanda : Atrofi otot
2) Sirkulasi
a) Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b) Tanda: Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
4) Integritas / Ego
a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b) Tanda : Ansietas peka rangsang
5) Makanan / Cairan
a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton).
6) Neurosensori
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori (baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8) Pernapasan
a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
b) Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
9) Keamanan
a) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
b) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otototot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )
10) Seksualitas
a) Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita
b) Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7) Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur
c. Perencanaan / Intervensi.
1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan:Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
a) Nadi perifer dapat teraba normal.
b) Vital sign dalam batas normal.
c) Pengisian kapiler normal
d) Status mental baik
e) Tidak ada disritmia
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia
c) Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
d) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
e) Catat masukan dan haluaran
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan
b) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia, sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas.
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
c) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)

Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
a) Nafsu makan baik
b) Berat badan normal
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c) kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional:Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
Intervensi :
a) Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
b) Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita
c) Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
d) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
5) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis
b) Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
c) Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi
d) Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan criteria Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi
b) Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan
c) Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
d) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
e) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan
7) Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a) Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
b) Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya
c) Kaji tingkat ansietas
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir
d) Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran.
e) Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan
f) Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
g) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.
Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1) Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
2) Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
3) Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4) Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
5) Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
6) Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
7) Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab


d) KANKER TIROID
1. Bagaimana itu kanker tiroid

Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Karsinoma umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Namun sebagian kecil adapula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati.
2. Faktor resiko
Faktor resiko yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:
a. Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia kurang lebih 45 tahun.
b. Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
c. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma ini.
d. Ras; ras Asia dan Kulit Putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi.
e. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa mengalami degenrasi maligna.
f. Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
g. Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.
3. Gejala Kanker Tiroid
a. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
b. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
c. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.
e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
f. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

4. Etiologi
Radiasi merupakan merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna. Kurang lebih 25% orang yang mengalami radiasi pada usia muda kemudian timbul struma nodosa dan kurang lebih 25% dari struma ini akan menjadi adenokarsinoma tiroid. Bila radiasi tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna. Masa laten mungkin lama sekali, sampai puluhan tahun seperti terlihat pada penduduk hiroshima dan penderita lain yang mengalami radiasi pada lehernya dalam bentuk apappun.
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Pemberian diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian zat radioaktif atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi STH meninngkat dan dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid (SOEKIMIN). Faktor lain yang dijuga dilaporkan berhubungan dengan terdinya karsinoma tiroid adalah jenis kelamin dan kelainan benigna pada tiroid.
5. Patofisiologi dan penyimpangan KDM
Mengenai perjalanan penyakit dapat dilihat untuk berbagai jenis karsinoma tiroid. Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
a. Karsinoma Tiroid Papilar
Tipe ini yang palng banyak ditemukan sekitar 60-70% dari ke empat tipe di atas. Umumnya tipe ini tumbuh lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total. Termasuk golongan yang berdiferensiasi baik. Biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun dan wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada pria. Diagnosis biasanya dapat ditegakkan dengan biopsi jarum halus dan pemeriksaan sitologi. Gambaran histopatologik karakteristik adalah ditemukan struktur papiler dan sel-sel ganas yang uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini disertai adanya folikuler di tengah-tengah struktur yang papiler. Penyebaran terutama melalui sistem getah bening yang mula-mula ke kelenjar regional. Dapat juga bermetastase jauh ke paru-paru, tulang. Biasanya terdapat multisentris atau bilateral. Tumor primer atau recurent dapat menginfiltrasi trakhea atau esophagus sehingga menimbulkan gejala obstruksi. Occult papilary carcinoma hanya diketahui secara kebetulan waktu operasi karena ukuran yang kecil, yaitu <> 40 tahun. Lebih sering unilateral daripada bilateral.
b. Karsinoma Tiroid Folikular
Gambaran histopatologi menunjukkan struktur kelenjar. Penyebaran terutama melalui sistem vaskuler (hematogen), matastase jauh ke tulang, alat-alat viscera seperti hati dan paru. Jarang ke kelenjar getah bening regional. Kemungkinan untuk mengalami transformasi menjadi akarsinoma anaplastik dua kali lebih besar dibandingkan karsinoma papiler. Diagnosa jenis folikuler didasarkan pada ada atau tidaknya invasi sel tumor ke kapsul tiroid atau pembuluh darah.
Karakteristik dari tipe ini adalah terjadi pada usia 40-60 tahun, wanita lebih sering daripada pria, tumor soliter dan berkapsul, pada orang-orang yang terpajan sinar radiasi, menginvasi struktur vaskuler dan penyebaran biasanya melalui hematogen ke paru, hati, tulang, badder, otak dan kulit. Dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
Pembedahan untuk jenis karsinoma ini adalah lobektomi total pada sisi yang terkena. Juga karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
c. Karsinoma Tiroid Medular
Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Berasal dari sel c atau parafolikuler kelenjar gondok yang banyak mengandung amiloid, yang merupakan sifat khasnya. Juga mengeluarkan kalsitonin yang dapat diukur dengan radioimmunoassay yang dapat digunakan untuk screening atau follow up studi dari penyakit ini. Di samping itu, ACTH, prostaglandin, dan histamin. Disebut juga karsinoma solidum karena jenis ini keras seperti batu. Sering didapatkan bersamaan dengan penyakit atau gangguan hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid, pheokromositoma. Tipe ini bersifat familier dan herediter. Penyebaran melalui sistem getah bening, tidak berhubungan dengan riwayat radiasi, sering residitif dan bisa dipantau melalui kadar kalsitonin darah. Prognosis buruk bila usia > 50 tahun, pria, terdapat metastase dan bila ada tumor kelenjar endokrin lain yang menyertai. Bentuk-bentuk kelainan klinis tipe medulare:
1) sporadic, 80% dari tipe medulare. Biasanya unilateral dan tidak berhubungan dengan kelainan di organ endokrin lain. Onset pada 40-60 tahun. Wanita:pria = 3:2 dan dapat disertai diare.
2) MEN II-A (SIPPLE SINDROM) yaitu karsinoma medulare bilateral, hiperparatiroid. Sindrom ini berhubungan dengan adanya defek pada genetik. Puncak onset yaitu pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
3) MEN II-B yaitu karsinoma medulare, pheokromositoma, ganglioneuroma pada mukosa dan habitus marfanoid. Berhubungan dengan defek genetic juga. Biasanya muncul pada usia 30 tahun-an. Wanita dan pria sama insidennya.
d. Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Dalam beberapa pekan atau bulan sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi pernapasan atau obstruksi esofagus. Keadaan umum cepat menurun dan tumor cepat mengadakan metastase jauh. Sering disertai rasa nyeri dan nyeri alih ke daerah telinga dan suara dapat menjadi serak karena ada infiltrasi ke nervus rekurens, sering juga menyebabkan disfagia dan dispnea.
Tipe ini secara histopatologi terdiri dari anaplastikspindle cell, giant cell dam small cell. Banyak ditemukan mitosis dan penyebaran melalui sistem getah bening. Pada beberapa keadaan, jenis ini berasal dari karsinoma jenis papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang sudah diobati dengan radiasi. Karakteristik dari tipe ini:
1) Rasio wanita lebih besar dibanding pria (2:1)
2) Sangat jarang pada anak
3) Onset pada usia <65> 60 tahun
4) Riwayat radiasi leherJenis kelamin pria dengan nodul soliter.
5) Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar
6) Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas. Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHs untuk menilai fungsi tiroid.
2) Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin dan VMA.
b. Radiology
1) foto polos leher AP dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) Dilakukan pemeriksaan foto thorax PA untuk menilai ada tidaknya metastase dan pendesakkan trakea.
3) Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke esophagus.
4) Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
c. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan FNAB.
d. Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take I 131 maka pemeriksaan scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
1) Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
2) Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul soliter.
3) Memperlihatkan retrosternal struma
4) Mencari occul neoplasma pada tiroid.
5) Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
6) Mengindentifikasi ektopik tiroid.
7) Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
8) Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau FNAB (biopsy jarum halus).
9) Pemeriksaan potong beku; dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitive.
10) Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas atau istirahat
a) Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat
b) Tanda : Atrofi otot
2) Sirkulasi
a) Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b) Tanda: Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
4) Integritas / Ego
a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b) Tanda : Ansietas peka rangsang
5) Makanan / Cairan
a) Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).
b) Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton).
6) Neurosensori
a) Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
b) Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori (baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8) Pernapasan
a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
b) Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
9) Keamanan
a) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
b) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otototot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )
10) Seksualitas
a) Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita
b) Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat
b. Diagnosa
Diagosa Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pe-mahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.









2.



3.


4.







5. Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan program pasca operasi. Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.

Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya bengkak ± 3-5 hari.
Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk.
Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.




Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada kelainan dari test Lab. pre op. Pengetahuan tentang apa yang diper-lukan membantu mengurangi ansie-tas & meningkatkan kerjasama klien selama pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah konstan, memberikan kontrol nyeri terbaik.




Pengetahuan tentang apa yang diper-kirakan membantu mengurangi an-sietas.


Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin penurunan program pasca operasi terkomplikasi.
Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat.

Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
2) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan:
a) Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis
b) Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga.
Kriteria:
a) Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
b) Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
c) Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Rencana Tindakan
NO INTERVENSI RASIONAL
1.



2.

3.



4.


5. Bantu klien & keluarga dalam menghadapi ke-khawatiran terhadap situasi: resikonya, pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.

Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung untuk klien & keluarga.
Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila memungkin-kan.


Bantu anggota keluarga untuk mengubah ha-rapan-harapan klien yang sakit dalam suatu si-kap yang realistis.
Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-batas ke-perawatan. Klien & keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan kekha-watiran serta dapat mengatasi nya.
Klien merasa terlindungi rasa amannya.

Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat berpe-ran lebih aktif dalam merawat klien.

Harapan yang tidak realistis membuat kelurga berpikir ti-dak objektif.
Dengan mengetahui bantuan profesional diharapkan klien & keluarga dapat mencari al-ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat klien.
Diagnosa Post Operasi
1) Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan:
a) Paru-paru klien bersih.
b) Pola nafas klien berada dalam batas normal.
c) Klien dapat berbicara dengan suara biasa.
NO. INTERVENSI RASIONAL
1.





2.








3.



4.





5.





6. Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia-nosis, takipnea & nafas yang berbunyi.


Periksa balutan leher setiap jam pada perio-de awal post op, kemudian tiap 4 jam.
Monitor frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan balutan.
Periksa sensasi klien karena keketatan dise-keliling tempat insisi.
Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag) untuk mengurangi bengkak.
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada atau keparauan suara.

Kaji adanya tanda Chvostek & Trousseau.
Identifikasi adanya mati rasa.
Monitor tingkat serum kalsium.
Siapkan peralatan emergency untuk trache-ostomy, suction, oksigen, perlengkapan be-nang jahit bedah dan kalsium IV, dalam keadaan siap pakai. Memonitor & mengkaji terus-mene-rus dapat membantu untuk mende-teksi & mencegah masalah pernafas-an.
Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya edem post op.



Dengan mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi pembengkakan.
Kerusakan pada saraf laringeal sela-ma pembedahan tiroid dapat menye-babkan penutupan glottis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat menyebabkan tetani & laringo-spasm.
Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat & tepat.
2) Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria: Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.


2. Berikan analgesik narkotik yang diresep-kan & evaluasi keefektifannya.

Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-tindakan untuk mencegah peregangan pada insisi seperti:
- menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher. Analgesik narkotik perlu pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.

Peregangan pada garis jahitan ada-lah sumber ketidak nyamanan.
3) Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-7 – 10 post op).
Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.

2.
3.
4.
5.
6. Perdarahan:
a. Pantau:
- TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
- Status balutan: inspeksi dirasakan dibe-lakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
b. Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai pe-ningkatan frekuensi nadi & nafas.
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & ins-truksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, perta-hankan klien pada posisi semi fowler, beri-tahu dokter.
Obstruksi jalan nafas:
• Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.

• Beritahu dokter bila keluhan-keluhan ke-sulitan pernafasan, pernafasan tidak tera-tur atau tersedak.


• Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan

• Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafas-an dalam.

• Jamin bahwa O2 & suction siap tersedia di tempat.
Infeksi luka:
• Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Beritahu dokter bila ada tanda-tanda in-feksi.
Kerusakan saraf laringeal:
• Instruksikan klien untuk tidak banyak bi- cara.
Laporkan peningkatan suara serak & ke-lemahan suara.


Hipokalsemia:
• Pantau laporan-laporan kalsium serum.

• Beritahu dokter bila keluhan-keluhan ke-bal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
• Pantau kadar T3 & T4 serum.
• Berikan penggantian hormon tiroid sesu-ai pesanan.

Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan.




Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.



Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.

Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebab-kan oleh perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan bengkak.
Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.

Untuk digunakan bila terjadi kom-presi trakea.

Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Temuan ini menandakan infeksi luka & perlu terapi antibiotik.
Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
Perubahan-perubahan ini menunjuk-kan kerusakan saraf laringeal, dima-na hal ini tidak dapat disembuhkan.

Perubahan kadar kalsium serum ter-jadi sebelum manifestasi ketidak se-imbangan kalsium.
Temuan ini menandakan hipokalse-mia & perlunya penggantian garam kalsium.


Untuk mendeteksi indikasi awal keti-dakseimbangan hormon tiroid.
Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik normal.
4) Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : Klien mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah.
Kriteria: Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan latihan dengan benar, mengungkapkan kepuasan dengan rencana perawatan dirumah.


Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.


2.

3.


4. Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi & latihan rotasi setelah jahitan di angkat hari ke-7.
Hubungi dokter bila ada tanda-tanda infeksi

Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi tentang obat pengganti & harus digunakan untuk sepanjang hidup.
Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas perawatan diri, perjanjian, evaluasi & obat-obatan, klien kemudian evaluasi pemaham-an instruksi. Latihan-latihan ini untuk memban-tu mencegah kontraktur otot leher.

Terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Pemahaman hubungan antara kon-disi & terapi membantu mengem-bangkan kepatuhan klien.

Instruksi verbal mungkin mudah dilupakan.
8. Terapi Farmakologi dan Non farmakologi
a. Farmakologi
Untuk farmakologi sama untuk semua penyakit hipertiridisme karena intinya yang akan diobati adalah kelainan pada kelenjar tiroidnya
b. Non farmakologi
Tindakan awal yang harus dilakukan adalah membedakan kasus tersebut apakah operable atau inoperable. Bila kasus inoperable maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopataologi



1) Operasi
Bila diagnosis telah ditegakkan dan operabel, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik (kaplan), atau lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut cukup. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total thyroidectomy. Bila dari hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan. Komplikasi-komplikasi operasi antara lain terputusnya nervus laringeus superior, hipoparatirodisme, dan ruptur esofagus.

2) Radiasi
Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral, dilakukan:
a) Radiasi dengan I131
Hanya tumor-tumor berdeferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikular. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid normal yang afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan operasi atau ablasio dengan pemberian I131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak semua, baru sisa I131 bisa merusak jaringan tumor. Radiasi interna juga diberikan pada tumor-tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor
b) Radiasi eksterna
Memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-tumor inoperabel atau anaplastik yang tidak berafinitas I131. Sebaiknya dengan sinar elektron 15-20 MW dengan dosis 4000 rad. Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis







Hipotiroidisme
1. Pengertian hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh
Kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya _ hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroidisme tersier
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktifm atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2. Gejala
Gejala pada bayi baru lahir.
Gejala-gejalanya jarang terlihat saat lahir. Kapan munculnya gejala dan berat ringannya hipotiroid tergantung pada fungsi kelenjar tiroid bayi. Gejala yang bisa diamati:
a. Pada bulan-bulan pertama kelahiran, nafsu makan (menyusu) rendah dan sering tersedak saat menyusu. Berat dan tinggi badan tidak menaik, sembelit, susah bernafas, tangis parau, kuning, dan lesu. Perut bayi bisa membengkak dan pusatnya bodong. Kulitnya terasa dingin dan burik. Kelamin, tangan, dan kaki tampak membengkak.
b. Tanda-tanda berikutnya kulit kering dan berkerak, lambatnya pertumbuhan rambutdankuku, dan terlambat tumbuh gigi. Pertumbuhan bayi seperti berhenti. Jari tangandankakinya lebih pendek dibanding anak sehat.Kepala anak terliha tmembesar dan lidah tampak bengkak.
Jika hipotiroid terjadi setelah anak berusia 3 tahun, keterbelakangan mental biasanya tidak terjadi. Namun jika tidak ditangani akan menghambat pertumbuhan fisik maupun fungsi seksual. Gejala-gejalanya:
a. Gejala awal bisa berupa perubahan perilaku, perubahan prestasi belajar, dan sakit perut yang menetap. Gejala ini lebih tampak pada anak yang orangtua atau saudaranya juga mengalami gangguan tiroid.
b. Ada kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, namun tidak separah jika hipotiroid terjadi saat bayi. Perkembangan seksual terganggu, masa puber terlambat, dan wajah pun terlihat lebih muda dibanding usianya. Anak mengalami pertambahan berat namun pada kecepatan yang lebih rendah
Hipotiroid pada anak dan remaja juga ditangani dengan hormon tiroid sintetik. Dengan penanganan yang benar, berat dan tinggi anak akan menyamai anak sebayanya yang sehat. Penanganan ini juga mesti dilakukan seumur hidup.
Gejala-gejala hipotiroid secara umum
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tak kentara. Mereka adalah tidak spesifik (yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh. Gejala-gejala umum didaftar dibawah:
a. Kelelahan
b. Depresi
c. Kenaikkan berat badan yang sedang
d. Ketidaktoleranan dingin
e. Ngantuk yang berlebihan
f. Rambut yang kering dan kasar
g. Sembelit
h. Kulit kering
i. Kejang-kejang otot
j. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k. Konsentrasi menurun
l. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m. Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak sekeliling mata-mata, suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa (myxedema coma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu myxedema coma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma. Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan.
Didiagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
3. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.Penyakit Hipotiroidisme:
a. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
e. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
4. Patofisilogi dan penyimpangan KDM

5. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak antara lain :
1) Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti,pola makan, pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur) dan pola aktivitas.
3) Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4) Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
a) Sistem pulmonari
b) Sistem pencernaan
c) Sistem kardiovaslkuler
d) Sistem muskuloskeletal
e) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
f) Sistem reproduksi
g) Metabolik
5) Pemeriksaart fisik mencakup
a) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata,wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b) Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
c) Perbesaran jantung
d) Disritmia dan hipotensi
e) Parastesia dan reflek tendon menurun
6) Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
7) Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
b. Diagnosa dan Intervensi
1) Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi:
a) Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b) Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional :
Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c) Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional :
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d) Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas
Rasional :
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
2) Perubahan suhu tubuh
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
a) Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b) Hndari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas,selimut listrik atau penghangat).
Rasional :Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
c) Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional :Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
d) Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
Rasional :Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas. .
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi
a) Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b) Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional :Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c) Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras
d) Pantau fungsi usus
Rasional :Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e) Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
f) Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
Rasional : Untuk mengencerkan feses.
4) Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
Intervensi
a) Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional :Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien
b) Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c) Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.



d) Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional :Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
e) Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
5) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan :Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
a) Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional :Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b) Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c) Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional :Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d) Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan
6) Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan :Perbaikan proses berpikir.
Intervensi
a) Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b) Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit . .
Rasional :Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat
7) Miksedema dan koma miksedema
Tujuan : Tidak ada komplikasi.
Intervensi
a) Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
• Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
• Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
• pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)
• Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional :Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
b) Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional :
Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c) Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional :
Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin
d) Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
Rasional :Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
e) Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.
Rasional :Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema
6. Terapi
Terapi hipotiroidisme bertujuan untuk:
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. menormalkan metabolism
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Terapi hipotiroidisme dapat dilakukan dengan pemberian levotiroksin sekali sehari, dan obat ini sebaiknya diberikan pada pagi hari karena dapat menyebabkan insomnia. Dosisnya bervariasi sesuai umur, yaitu :
UMUR DOSIS LEVOTIROKSIN MIKROGRAM/KG/HR
0-6 BLN 8-10
7-11 BLN 6-8
1-5 THN 5-6
6-10 THN 3-4
11-20 THN 2-3
DEWASA 1-2

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.


DAFTAR PUSTAKA


http://www.mayoclinic.com/health/graves-disease/DS00181 di akses tanggal 25 november 2009
http://www.womenshealth.gov/faq/graves-disease.cfm di akses tanggal 25 november 2009
http://en.wikipedia.org/wiki/Graves'_disease di akses tanggal 25 november 2009
http://www.healthsquare.com/mc/fgmc9032.htm di akses tanggal 25 november 2009

0 komentar: